Tuesday, May 23, 2006

Just From Nort City

Rasanya udara semarang tak jauh beda dengan propinsi tetangganya yang sekarang sama-sama berjuang menghadapi hujan abu.Terminal begitu terik saat kulangkahkan kaki dari kendaraan tua penuh asap hitam. Segera kucari warung komunikasi terdekat, aku harus menghubungi kawanku yang ketua Rohis itu. Oh aku disuruh menunggunya, kulempar pandangan dan kudapati pos polisi.Ah disana rindang, Pos polisi selalu rindang. Kutunggu barang beberapa menit tak kunjung datang, puluhan menit belum juga nongol motor alfa bututnya.kucoba membalik bekal dari jogja, sebuah bundel majalah yang tadi kutukar dengan sepeda motor plus STNK dengan temanku di jogja. Ah akhirnya datang jua yang kutunggu. Senyumnya mengingatkanku akan nikmat muda, langsung kuhampiri dan kupeluk tubuhnya yang semakin gemuk saja.Aku disuruh berjalan beratus meter karena dia ga bawa helm cadangan.Ya sudahlah demi teman eh bukan sudara.ya sudara seiman yang telah menjerumuskanku kedalam dunia yang sekarang kugeluti.Dunia Dakwah katanya.Kususuri jalanan asing di semarang ( Aku beruntung di jogja ) kulihat dia mampir ke wisma-wisma yang katanya jumlahnya 60 an dan semuanya wisma aktifis, hmm pengkaderan yang luar biasa ( Pelajaran pertama ). aku merengek diantarkan ke kampus kebanggan wong semarang itu dan lagi-lagi aku beruntung di jogja. Suasana kampus sepi, lenggang hanya sapi beberapa ekor sedang asyik dengan makananya. Suasana panas sekali, karena memang di bukit ( Semarang memang kota Bukit ). Aku diajak mengikuti seminar thibunn nabawy disana dan aku tak perlu lagi menyesuaikan diri dengan orang-orang macam mereka. Temanku gencar sekali mempromosikan aku “Eh ini Kadept. Syiar JS UGM lho...”ke setiap orang yang ditemuinya.aku hanya tersenyum kecut karena mungkin di sana, di jogja aku sedang dikutuk habis-habisan.Sorenya aku mampir ke saudara-saudara yang lain, Agh dunia ini begitu sempit kadang, dengan cepat kutemukan saudara-saudara yang lain dari saudar-saudara di Jogja “Akh ane titip sesuatu ya ntar buat akh fulan.”kata seorang kenalan baru.”Akh antum kenal akh fulan, Ketua SKI ini...”kata kenalan yang lain. Hmm betapa bersemangatnya mereka jika bertemu saudaranya ( Pelajaran Kedua ). Malam harinya aku menyibukkan diri dengan mencari alamat family, aku dapat. Banyak hal yang aku rasakan, sesuatu yang jarang kudapat di keluarga ini, Agh aku begitu impersonal sekali. Kulanjutkan perjalanan pagi dengen memenuhi undangan Aksi Umat Islam di semarang, aku membayangkan akan banyak oarang disana, tapi meleset.Untuk ukuran aksi-aksi yang kuikuti dan persiapan yang kulihat massa yang datang amatlah sedikit, Agh kembali aku pintar sekali mengomentari.Diantara puluhan massa aku berputar-putar dengan jaket buatan Jogja, berbeda dan membuat bertanya-tanya, Siapa orang berbaju hitam itu.Ah formalitas aku berpanas-panas dengan saudara-saudara yang lain, memekikkan asma tuhan dan meneriakkan yel-yel kadang bertepuk tangan dan kulakukan sambil duduk, ya disini aksi sambil duduk. Siang panas aku bertemu beberapa teman SMA, mereke kini menjadi pejuang-pejuang baru, betapa malunya aku ( Pelajaran Ketiga ). Zuhur kulangkahkan kaki ke masjid kota dan lagi-lagi dunia memang sempit, kulihat kaos yang pernah ku pakai di RDK 1425 H, ohh saudaraku dari semarang.Aku berhujan-hujan pelang menaiki bukit, semarang banjir !!!. Hmm sore yang melankolis menyeruak aku dengan sahabatku, kamu berdiam diri di kamar dan dia menguncinya tak membiarkan aku keluar. Aku diinterogasi, sama ketika Kadept. Pers dan Wacana menginterogasiku beberapa waktu yang lalu. Tapi ikatana emosional kami bermain dan dia hanya tersenyum kadang mengeluarkan lelucon-lelucon segar.Ketika dia sangat serius dia mengatakan “Rosulullah mempunyai banyak sahabat dengan berbagai karakteristik dan julukan, dan aku selalu menemukan julukan beberapa sahabat rosul pada diri teman-teman. Sejak di rohis dulu ane mengenal antum dan tidak ada yang lebih pas daripada julukan Rosul kepada Ubaidillah bin Jarrah, kepada antum.” memoriku melayang, apa julukan Ubaidillah bin jarrah hingga dia menyematkan padaku. Dia bilang itu tugasku mencarinya dengan senyumnya yang khas, maghrib memaksa kami mengakhiri dengan kesimpulan siapa Abu Ubaidillah bin jarrah.Seharusnya saat itu aku menangis, tapi tak bisa dan mungkin tak akan bisa, aku merasa hatiku berat untuk menangis. Malamnya kuhubungi beberapa ikhwan dan mengabarkan aku di semarang, ehm aku semakin rindu masa-masa dulu. Sebuah prototipe yang menyenagkan walau bukan ideal. Sesuatu yang tidak kutemukan dikampus sekarang. Malamnya aku bergerilya ke petinggi-petinggi UNDIP dan kudapati beberapa pelajaran berharga betapa kompaknya LDK univ dengan LDK fakultas, sesuatu yang mulai dibangun di jogja. Kadang aku merasa iri dengan keharmonisan mereka dan agh mungkin aku terlalu sensitif.Aku benar-benar senang ketika bertemu dengan Kadept. Syiar UNDIP, dari matanya dia memancarkan semangat bertemu denganku, sangat antusias bahkan beberapa rekan dari HUMAS juga antusias mendengar aku dari UGM, dan kembali aku tersenyum kecut untuk kesekian kali. Agh betapa aku harus mensyukuri beberapa hal keadaan di jogja.Ikhwan di semarang kesulitan dalam beberapa hal dan aku iri dalam banyak hal. Di pertemuan terakhir aku memeluknya erat dan dia membisikkan “Tetap Istiqomah Akh” pelan namun menghujam. Oh semarangku aku akan mengunjungimu lagi kelak........