Wednesday, April 06, 2005

Assalamu'alaikum............

Assalamu'alaikum.........
ahh akhirnya kesampaian juga buat ini blog yah walopun amatir but at least buat "pembelajaran" hehehe sebuah kata yang sering banget kudengar bila terjadi sesuatu senior dan teman-temanku slalu bilang "itu buat pembelajaran aja " yah pembelajaran sebuah kata yang masuk dalam kamus kehidupanku di kuliah. but at least semua itu benar juga butuh proses dalam belajar,berjuang trus kapan donk istirahatnya istirahatnya ketika maut menjemput ya nggak?? ya sih emang bener hidup ini cuman bentar aja masask bentar ga kita manfaatin buat yang kekal di akherat sono kan rugi ya gak cing....
ya dah deh buat edisi perdana ini ada kiriman dari temen moga manfaat
TELAGA HATI
Suatu hari seorang tua bijak didatangi seorang pemuda yang sedang dirundung masalah. Tanpa membuang waktu pemuda itu langsung menceritakan semua masalahnya.Pak tua bijak hanya mendengarkan dengan seksama, lalu ia mengambilsegenggam serbuk pahit dan meminta anak muda itu untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya serbuk pahit itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan."Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya ", ujar pak tua."Pahit, pahit sekali ", jawab pemuda itu sambil meludah ke samping. Pak tua itu tersenyum, lalu mengajak tamunya ini untuk berjalan ke tepi telaga belakang rumahnya. Kedua orang itu berjalan berdampingandan akhirnya sampai ke tepi telaga yg tenang itu. Sesampai disana, Pak tua itu kembali menaburkan serbuk pahit ke telaga itu, dan dgn sepotong kayu ia mengaduknya."Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah." Saat si pemuda meregukair itu, Pak tua kembali bertanya lagi kepadanya, "Bagaimana rasanya ?""Segar ", sahut si pemuda."Apakah kamu merasakan pahit di dalam air itu ?" tanya pak tua."Tidak, " sahut pemuda itu.Pak tua tertawa sambil berkata: "Anak muda, dengarkan baik-baik. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam serbuk pahit ini, tak lebih tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnyapun sama dan memang akan tetap sama. Tetapi kepahitan yg kita rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki.? Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkannya. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu yg kamu dapat lakukan; lapangkanlah dadamu menerima semuanya itu, luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu."Pak tua itu lalu kembali menasehatkan : "Hatimu adalah wadah itu.Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampungsegalanya.? Jadi jangan jadikan hatimu seperti gelas, buatlah laksanatelaga yg mampu menampung setiap kepahitan itu, dan merubahnya menjadikesegaran dan kedamaian."

gimana bagus gak?
gimana dengan yang ini

Ambilkan Bulan Bu !
(Refleksi Kerinduan Sang Meteor)
Kini barulah terasa kerinduan yang begitu mendalam atas sosok seorang yang penuh kasih, bersahaja dalam bertutur dan menyejukkan kala tersenyum. Memang benar kata pepatah bahwa semakin jauh dari orang yang kita cintai maka gema kerinduan kerap menghampiri sedangkan ketika didepan pelupuk mata, kita seringkali mengabaikannya, bahkan tak jarang tumbuh rasa benci dan dongkol akibat kesalahpahaman dan kurang terbukanya dalam berkomunikasi. Sungguh Maha Kaya dan Kuasa Sang Pencipta yang telah mendesain manusia dengan perangkat yang begitu sempurna seperti akal, ruh dan kalbu (hati), dengan hati kita mampu merasakan rangsangan dan sentuhan cinta, kasih, sayang, amarah, dan benci. Alhasil sering kita saksikan sebuah aksi tindakan didalam mengekspresikan ‘suara hati’ seperti penyair dengan puisinya, penyanyi dengan suaranya, penulis dengan tulisannya dan sebagainya. Memang kesemuanya terwujud dan muncul tanpa pernah kita sadari dan terjadi sesuai naluri alamiah.Ternyata mengasuh dan mendidik ternyata bukanlah hal yang mudah apalagi dituntut untuk menjadi seorang panutan sekaligus mencurahkan kasih sayang dan cinta kasih tentu membutuhkan pengorbanan, ketelatenan dan ketulusan yang terkadang bisa bikin makan hati....gitu lhouw (ikut2an latah dikit boleh kan?), mungkin bagi sobat budiman yang pernah berbagi ilmu dengan adik-adik TPA ataupun menjadi kakak asuh pasti pernah merasakan suka dukanya menjadi seorang pendidik dan pengasuh. Begitupun dengan mahkluk yang sering kita panggil sebagai ibu, meski kita sempat berempati hingga meneteskan air mata dikala mengikuti renungan atau acara-acara kontemplasi yang mengingatkan jasa ibu hingga menggiring kita ke puncak kesadaran atas kekhilafan diri selama ini, namun yakinlah saudaraku, ternyata berliter-liter air mata kita tak akan sanggup menyamai besarnya perjuangan dan pengorbanan yang selama ini dilakukan ibu kita, bahkan kalau boleh saya ‘berijtihad’ sesungguhnya ibu adalah seorang mujahid sejati, jadi tak ada sedikitpun alasan untuk tidak memuliakannya. Sungguh cukup layak jika surga berada dibawah telapak kaki ibu meski ini hanya sebuah bahasa metafor semata, namun jika kita mau merenungkan selama ini tentang ‘siapa saya ?’ dan “bagaimana saya bisa lahir didunia?’ maka selanjutnya pasti dan pasti kita tertunduk terhina kepada salah satu mahklukNya, dialah......ibu.Andaikan kita mau mengenang kembali saat-saat kita tidak berdaya dalam pelukan hangat ibu, bermain bersamanya, diajarinya kita bernyanyi, mengenal nama-nama, membaca, menulis hingga diajarkanya kita mengenal 4JJ Sang Raja Jagad Raya, disuapi dikala lapar, disusui disaat haus, ketika malam tak jarang pula kita mengganggunya dengan tangisan yang menderu-deru selanjutnya dikala sakit tak sedetik pun ibu meyia-nyiakan, bahkan disaat kita sanggup ‘meninju congkaknya dunia’ hingga hendak mengarungi biduk rumah tangga dengan penuh jeli dan hati-hati ibu ‘menyeleksi’ pendamping hidup kita dengan satu harapan yaitu agar anaknya hidup bahagia dan sentosa,....Masya 4JJ1. belum lagi lantunan do’anya digelap malam, tetesan air mata dengan penuh harap, segala kepahitan dan penderitaan yang disembunyikannya dengan tujuan agar anaknya tidak bersedih dan ikut menderita akibat dari ‘kejamnya dunia’. Sungguh tidak terbayangkan jika seorang wanita yang identik dengan kelembutan, lemah gemulai dan kepekaan hatinya menyimpan berjuta-juta energi yang tanpa terasa mengalir deras dalam setiap hembusan nafas dan tiap detak denyut jantung kita, Subhanalloh. Saudaraku masih ingatkah kita dengan tiap tetes air susu yang kita minum selama kurang lebih 2 tahun dan juga transfer sari-sari makanan melalui tali ari-ari disaat kita dalam kandungan, maka yakinlah kekuatan batin antara ibu dan anak adalah sebuah bentuk energi potensial yang tidak mudah untuk dimusnahkan ataupun dihapuskan, jadi jika saat ini masih ada seorang anak adam yang begitu angkuh dan sombongnya hingga menngacuhkan ibunya bahkan sampai taraf mendurhakainya, maka sungguh patut dipertanyakan kembali kejernihan akal sehatnya, emosi sesaat memang wajar karena orang tua tidak selamanya benar tetapi jika tidak disertai dengan kesadaran untuk sedikit ‘mengalah’ secara cerdas, sehingga tidak sampai terjadi benturan perasaan akibat dari kecerobohan kita didalam menyikapi sebuah persoalan.Dinul islam sungguh telah menempatkan posisi seorang ibu dalam posisi yang sangat mengagumkan, suatu ketika seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah perihal siapakah yang harus diutamakan atau dimuliakan lantas Rasulullah menjawab “ibu...ibu...ibu dan ayahmu” meski terkesan sebuah jawaban sederhana namun menunjukkan penekanan yang cukup ‘keras’ karena kata ibu diulang hingga 3 kali, dari sini kita mendapatkan sebuah pengakuan de yure dan de facto tentang wujud emansipasi wanita didalam islam yang kerap kali menjadi bahan cemoohan kaum feminis dan para pejuang Humanis. Semakin panjang kita mengulas figur diri seorang ibu, maka semakin banyak cerita dan kisah yang membawa diri kita kedalam dimensi kekaguman tiada batas, sebagaimana senandung yang berbunyi ‘kasih ibu sepanjang masa/ tak terhingga selama-lamanya/ hanya memberi/ tak harap kembali/ bagai sang surya menyinari dunia “, mumpung kita masih diberi kesempatan untuk menatap ibu, maka senangkan hatinya, taati dan muliakan sebelum datangnya masa penyesalan dan peratapan akibat kebodohan yang kian ‘lestari’ dalam diri. Presented By : Aksi Mbah Djenggot Peduli“Mi’ matur sembah nuwun atas segala cinta, kasih dan sayangmu, maafkan ananda terlalu sering membuat hatimu gelisah dan air matamu menetas. Do’akan ananda dapat menjadi anak soleh, terus berkarya dan bermanfaat untuk umat.My Pray :“Allohumagh’firlana waliwalidina Warhamhuma kama Robbayani Soghiro.”