titik nol
Tiba-tiba saja dia merasa sendiri.Di alam pikirannya di kesepian, padahala di kamar 3x3 itu tujuh orang sedang membuncahkan tawa keras.Secara nyata pun dia terpisah dari manusia-manusia di sekelilingnya.
Tiap pagi dia ditingal sendirian, mengunci diri dalam gelap, sendirian. Yang lain ?
Agh mereka semua satu komplotan pencari ilmu. Aku ? lebih mirip teriakan Chairil Anwar.
Jendela masih kotor, oh bukan ; tetap kotor. Sama seperti hari, minggu dan bulan sebelumnya.Oh tuhan, apa saja yang telah mereka lakukan selama ini ? Tiap malam hanya berkelakar, minum kopi kental, berteriak-teriak, tidur larut dan bangun pukul 09.00. Ritme yang membosankan.Bahkan hanya untuk membuang putung rokok mereka pun tak sempat.
Kali ini aku lebih merasa sendiri.Aku naik ke loteng lalu kupandang angkuhnya kota ini dengen sentum sinis, "pantas saja kami diserang dari utara dan selatan." Dan aku semakin tenggelam dalam kesendirian karena tidak ada lagi yang bisa kupanggil , "Saudaraku."
0 Comments:
Post a Comment
<< Home