Friday, June 03, 2005

Watch out....ati2 bawa ati

ini sebenarnya tulisannya ust Mahfud Shidiq saya belum empat buat artikel jadi artikel disini maen comot aja.........gapapa yach but insyaAlloh manfaat kok
Oleh : Mahfuz Sidik
(Majalah SAKSI No 11 Tahun VII
2 Maret 2005)

Belakangan ini saya banyak diskusi dengan istri tentang gejala "
syahwat lawan jenis". Istri saya termasuk akhwat yang cukup "cerewet" soal
gejala-gejala tidak sehat mengenai perilaku hubungan antara ikhwan dan
akhwat. "Jangan sampai menjadi perusak mas depan dakwah kita..!", demikian
hujjah balighah yang kerap meluncur dari dirinya kepada saya. Dan ketika
saya meresponnya dengan kalem, pressure pun muncul. "Abi kan mas'ul
kaderisasi. Abi tanggung jawab kalau nanti terjadi apa-apa pada dakwah ini
...!!"
Sesaat saya akan menulis kolom ini, istri saya baru melontarkan
serangan barunya, Abi denger nih.. Ummi dapet berita shahih kalau ada mas'
ul dakwah kampus pacarin 11 akhwat, dan 4 diantaranya ternyata hamil...!! "
Saya mencoba merespon dengan santai - karena sedang mikir tema apa yang
harus ditulis - dengan mengatakan agar berita itu ditabayyun dulu. Tetapi
justru saya disergah : "Ya tugas abi dong yang harus men-tabayyun ! Abi kan
punya akses dan kewenangan !". Saya mencoba mulai menulis . Tetapi belum
lagi ketemu tema tulisan, saya dibombardir oleh pertanyaan lain :"Bi emang
bener ustadz Fulan nikah lagi, dan sebelumnya pake pacaran segala?"
Alhasil, tanpa diniatkan sebelumnya akhirnya saya menulis tema
ini. Kebetulan sehari sebelumnya saya mendapatkan short massage service
(sms) daris seorang akh yang mengomentari tulisan saya berjudul "SMS".
Komentarnya berterima kasih atas tulisan tersebut, karena memang itulah
fenomena yang terjadi di lapangan. Pikir saya, biarlah sekalin menulis tema
yang lebih "serem" sebagai tadzkirah. Fadzakir inna adz-adzikara tanfa'ul
mu'minin!.
Pertama, saya mencoaba merenungi kembali dasar masalah "
syahwat lawan jenis". Nabi Adam as diciptakan Allah SWT sebagai manusia
pertama dan satu-satunya pada saat itu. Beliau ditempatkan di dalam syurga
yang penuh kenikmatan tak terhingga. Tetapi apa yang terjadi ? Nabi Adam
merasa "kurang nikmat" menikmati kenikmatan syurga seorang diri. Ia
menginginkan seorang wanita. Lalu apa yang terjadi ? Nabi Adam dan istrinya
tertipu oleh syaitan sehingga melanggar prinsip-prinsip ?syahwat lawan
jenis? yang diatur oleh Allah SWT. Perhatikan firman Allah : "Wahai anak
cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh syetan sebagaimana halnya dia
(syeitan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari syurga, dengan menanggalkan
pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya"(QS. Al A'raaf:27).
Nabi Adam dan istrinya merintis kehidupan baru komunitas
manusia di muka bumi dengan berbekal ampunan dan hidayah Allah SWT. Tetapi
apa yang kemudian dicatat oleh sejarah ? Kejahatan pertama di muka bumi
adalah perebutan dua orang laki-laki terhadap seorang wanita, dan berakhir
dengn aksi pembunuhan. "Maka nafsu (Qabil) mendorongnya untuk membunuh
saudaranya (Habil) , kemudian dia pun (benar-benar) membunuhnya, maka
terjadilah dia termasuk orang yang merugi" (QS. Al- Maidah : 30). Lalu
sejarah umat dan bangsa-bangsa menunjukkan bagaimana kehancuran di banyak
peradaban mereka justru karena "syahwat lawan jenis" . Rasulullah SAW
pernah berpesan : "Sesungguhnya dunia ini manis dan menyegarkan...Maka
takutlah kepada wanita, karena cobaan yang pertama terhadap Bani Israil
ialah karena wanita." (Al Jami' Ash-Shagir, 2/179).
Jadi dasar dari semua masalah ini adalah dahsyatnya dorongan
dan pengaruh yang muncul dari "syahwat lawan jenis", yang tidak ada seorang
manusia pun bisa membebaskan diri darinya. Bahkan seperti yang diungkapkan
Rasulullah, ia manis dan menyegarkan. Atau seperti ungkapan Allah, ia
dipandang indah dan menyenangkan. "Dijadikan terasa indah dalam pandangan
manusia cinta terhadaap syahwat berupa wanita"(QS Ali Imran :14)
Allah tentu saja menjadikan "syahwat lawan jenis" sebagai unsur
kekuatan manusia dalam menbangun kehidupan dan peradabannya. Dengan syahwat
inilah, manusia menyuburkan nilai rasa, emosi , kasih dan cinta agar
kehidupan dunia "manis dan menyegarkan". Dengan syahwat ini, manusia
memiliki dorongan untuk "hidup bersama" dalam ikatan perkawinan dan
keluarga agar leluasa mengekspresikan luapan rasa, emosi, kasih dan
cintanya sampai dalam bentuk hubungan seksual. Dengan syahwat inilah,
keluarga-keluarga menghasilkan anak-keturunannya untuk menyempurnakan
kesenangan, kebahagiaan, dan kebanggaan. Dengan syahwat ini pula, manusia
membangun norma, etika, adat, estetika dan syari?at yang mampu memelihara
dan mengkokohkan unsur kekuatan yang sangat mendasar sifatnya ini, tanpa
menyebabkan kerusakan dari kerusakan dan kehancuran tata kehidupan
sosialnya.
Kita adalah umat dakwah. Sekumpulan orang yang mengemban misi
untuk mengajak dan membimbing manusia kepada kehidupan yang baik. Agar
mereka bisa mengelola syahwat lawan jenisnya secara benar dan baik,
sehingga kebaikan dan keberlangsungan peradabannya bisa terjaga. Kita
mendakwahi mereka kepada syari'at yang membimbing syahwat lawan jenis
secara benar. Tentu saja bukan sekedar dengan kata-kata, tetapi juga dengan
teladan amal. Bahwa kader-kader dakwah - yang semoga dipelihara Allah SWT
- secara konsisten berkomitmen menjalankan syari'at ini. Dan manusia
menyaksikan kebenaran syari'at bukan dari kata-kata kita, tetapi dari apa
yang kita amalkan. Apa yang perlu menjadi perhatian dan keprihatinan kita
saat ini Saya sebutkan saja satu per satu berbagai gejala yang saya dengar
dan saya lihat sendiri.
(1) Adab ikhwan dan akhwat mulai bergeser ke arah yang membuka celah
syahwat lawan jenis.
Berbicara tatap-muka dengan jarak yang dekat dan sering bertatapan
mata, misalnya. Atau komunikasi lewat telpon dengan irama suara yang
membuat seorang ikhwan 'menikmati" suara akhwat lawan bicaranya.
(2) Keterdesakan atau keterpaksaaan yang menggiring kepada suatu yang
"tidak boleh terjadi !". Misalnya akhwat "terpaksa" dibonceng motor oleh
ikhwan gara-gara rapat baru selesai malam hari, dan jalan menuju halte bus
atau rumahnya cukup jauh serta "tidak aman" . Atau rapat baru dalam satu
ruangan yang "sempit" sehingga ikhwan dan akhwat duduk berdampingan tanpa
jarak yang aman atau tanpa hijab. Dalam forum-forum seperti ini, akhwat
tidak membiasakan diri bicara dengan tegas dan lugas. Ingat suara wanita
adalah aurat !
(3) Bergesernya mode pakaian akhwat yang ?mengundang? pandangan
syahwat kaum ikhwan. Mulai dari jilbab yang "kependekan" sehingga tidak
menutup dadanya dengan sempurna atau bila tertiup angin bisa menampakan
bagian leher dan rambut belakangnya. Lalu bahan pakaian yang "lebih tipis"
dan pilihan warna yang "flamboyan". Atau menggunalkan sepatu berhak "cukup
tinggi", sehingga mengundang perhatian pada langkah dan pinggul belakang
akhwat.
(4) Bergesernya nilai seni Islam dari senandung jihad dan iman kepada
senandung hiburan semata. Lalu mulai muncul akhwat-akhwat yang menggemari
"munsyid" daripada "nasyid"-nya.
(5) Keterbukaan pergaulan dakwah antara ikhwan dan akhwat menggiring
prefensi memilih jodoh kepada apa yang menarik dari "pandangan mata" dan
bukan menarik dari "pandangan dakwah". Akibarnya, semangat mencari jodoh
sendiri begitu menggebu, dan murabbi tinggal menunggu konfirmasi.
(6) Konsultasi dakwah masalah pribadi atau rumah tangga yang kemudian
berbuah simpati sampai jatuh hati. Tidak sedikit seorang da'i yang berawal
dari semangat dakwah terhadap lawan jenis justru berubah arah menjadi
ajang "perselingkuhan" baru. Alih-alih membantu menyelesaikan masalah malah
menambah masalah. Ada satu dua ustadz yang menikah (lagi) dengan "wanita"
yang semula menjadi "pasien" dakwahnya. Rupanya ustadz ikut ketularan
penyakit pasiennya.
(7) Semangat menikah (lagi) melalui prosedur resmi, tetapi di-
muqaddimahi dengan hubungan "ala pacaran" Dalihnya sederhana, "wanita calon
istri" kan harus dikenalkan dulu dengan istri pertama dan anak-anaknya.
(8) Ketidakmampuan membina kehidupan suami-istri yang selalu ?
menggairahkan? beralih kepada semangat ?mencari yang baru?. Sebagai sebab
dari ketidakmampuan ini adalah qillatul-ilmi (sedikit ilmu) tetang seni
berumah tangga dan seni mengaloh cinta.
(9) Sebagian kecil ikhwan mulai memasuki usia 40, dan katanya ini
fase "recycling" dengan dalih "life started at fourty" hidup dimulai dari
usia 40 tahun. Aktualisasinya adalah muncul ?kegenitan? jilid kedua.
(10) Masih ada lagi, tetapi saya cukupkan saja dulu. Mari merenung!!

0 Comments:

Post a Comment

<< Home